Tiada
hari tanpa menulis. Apapun jenis dan bentuk tulisannya, menulis merupakan
kegiatan lumrah sehari-hari semua orang. Mulai dari tulisan sangat sederhana,
seperti catatan hutang, sampai tulisan dalam bentuk yang lebih kompleks,
seperti skripsi.
Menulis
merupakan kegiatan penyampaian ide atau gagasan kepada publik melalui rangkaian
kata-kata. Ia lebih abadi dan tidak mudah hilang karena bentuknya berupa
tulisan, baik tercetak maupun yang tidak. Berbeda dengan penyampaian ide atau
gagasan secara lisan, ia lebih cepat hilang dari ingatan pendengar atau bisa
dikatakan penyampaian secara lisan akan cepat menguap seiring berjalannya waktu
dan keterbatasan pendengar dalam mengingat.
Urgensi
menulis tidak bisa terelakkan bagi setiap lapisan masyarakat. Dewasa ini, para
orang tua berbondong-bondong menanamkan dan membekali keterampilan menulis
sejak dini kepada anak mereka. Hal ini dibuktikan dengan peran orang tua dalam mengajari
dan menyekolahkan anak mereka dengan tujuan agar dapat membaca dan menulis.
Tidak
ada alasan bagi generasi muda saat ini untuk tidak menulis. Karena salah satu
upaya pengembangan wawasan intelektual dilakukan melalui tulisan. Dalam hal ini
tulisan sebagai media perekam ide atau gagasan dengan harapan kemudian bisa
diakses oleh generasi berikutnya.
Layaknya
para ahli terdahulu yang mengemukakan ide atau gagasan mereka tidak hanya
secara lisan, tetapi juga melalui tulisan. Penetapan hukum maupun teori yang
hingga kini dapat diterima dan dipakai secara universal oleh generasi-generasi
selanjutnya. Karya tulis yang merupakan hasil riset mereka banyak dijadikan
rujukan para pelajar masa kini.
Selain
itu, menulis juga dapat dijadikan sebagai barometer kemajuan suatu bangsa. Orang-orang
terdahulu dalam perjalanannya telah banyak menghasilkan tulisan-tulisan meski
masih sangat sederhana, namun hal itu menjadi cikal bakal keilmuan dan menjadi
warisan kebudayaan bagi suatu bangsa.
Seperti
dalam sebuah contoh kecil, bila seseorang ditanya mengenai kakek buyutnya,
cukup namanya saja, misalkan, ia akan kesulitan menjawab dan kebanyakan orang
akan menjawab tidak mengetahui atau bahkan tidak mengenal siapa kakek buyutnya.
Berbeda bila seseorang ditanya mengenai al-Khawarizmi, misalkan, ia akan dengan
mudah dan secara gamblang dapat menjawab siapa al-Khawarizmi. Padahal kita
ketahui bahwa al-Khawarizmi hidup jauh dari masa sekarang atau bahkan dari masa
kakek buyut orang yang ditanya, yaitu sekitar tahun 780-847 M. Bukan hal aneh
ini terjadi, karena tidak ada faktor apapun melainkan karena kakek buyut
kebanyakan orang tidak mewariskan sebuah tulisan yang dapat mengenang
keberadaannya di masa sekarang, yaitu di masa generasi selanjutnya hidup.
Sedangkan al-Khawarizmi telah mewariskan khazanah keilmuannya melalui
tulisannya dalam beberapa buku, seperti salah satu bukunya yang berjudul al-Mukhtashar
fi Hisabil Jabr wal Muqabalah.
Bukan
rahasia lagi, dengan menulis seseorang akan tetap dikenang sepanjang masa. Dan
pengaruh tulisan bisa begitu kuat terhadap para pembacanya. Padahal proses
untuk membuat sebuah tulisan bisa dikatakan cukup sederhana, hanya membutuhkan
keberanian dan ketekunan untuk menuangkan apa yang menjadi ide atau gagasan
dalam pikiran.
Keberadaan
tulisan pun dirasa cukup efektif sebagai media penyampaian ide atau gagasan
dalam beragam bentuk kepada publik, semisal sebagai media dakwah. Proses
penyerapan materi dalam sebuah dakwah dinilai ampuh dan lebih mengena bila
disampaikan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui tulisan. Hal ini
tentunya juga diimbangi dengan tingkat kesadaran publik akan urgensi membaca.
Karena
itu, seseorang yang memiliki kegemaran menulis dan ia berkarir di dunia
jurnalistik, khususnya, akan menemukan beragam hal sekaligus dalam hidupnya,
yaitu sebagai pelampiasan kegemaran menulisnya dan tentunya sebagai profesi
yang akan menghasilkan materi serta hal terpenting di samping itu semua adalah
ia akan terkenang karena tulisan yang dihasilkannya.
Demikian
sehingga perlu adanya penegasan bahwa menulis itu mudah. Hanya bermodalkan
keberanian, tekad serta ketekunan. Semua orang tentu bisa menulis dan dengan
tulisan yang dihasilkannya diharapkan bisa membawa manfaat kepada publik. Orang
biasa yang bukan siapa-siapa, bisa menjadi luar biasa dan siapa-siapa, salah
satunya adalah karena menulis. Sedangkan seseorang yang tidak menulis adalah nothing.
Annake Harijadi
Noor.
15.10.13 21:00.
ayoooo semangaaat nulis yoooooo...... :) :3 (y)
BalasHapus