Selamat Datang di Blog Ponpes Life Skill Daarun Najaah Semarang Jawa Tengah | Tebarkan salam penuh dengan semangat untuk meraih Sukses, Sholeh dan Selamat Dunia Akhirat | Dapatkan informasi seputar kegiatan pondok dan artikel lainnya disini

MENU

Moon Calendar

Selasa, 27 Oktober 2015

Jalan Sehat Harlah MAJT yang ke 13 dan Radio Dais yang ke 9

Khusus buat hari Ahad, 25 Oktober acara di Life Skill PPDN dipindah ke Masjid Agung Jawa Tengah dalam rangka jalan sehat harlah MAJT yang ke 13 dan Radio Dais yang ke 9..
Bersama pengasuh Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. dan seluruh santri putra putri Life Skill PPDN kami semua ikut berpartisipasi di MAJT
Semoga manfaat..
Dan InsyaAllah membawa barokah..
Aamiin..
Salam semangat..
Pagi yang bahagia..
Semakin bahagia kalau doorprize jalan sehat kami menangkan semua... hehehehe










Semarak Serangkain Acara di Malam 10 Suro

Bismillah...
Semarak PERINGATAN MALAM 10 SURO 1437 H dan HARI SANTRI NASIONAL Life Skill PPDN tgl 22 Oktober 2015
*semangat.. salam sukses, sholeh, selamat santri untuk Negeri



 


Yang spesial dari Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.
Alhamdulillah malam, 22 Oktober 2015 santri Life Skill PPDN mempersembahkan Tari Zippin dalam acara tasyakur atas telah pulangnya ibu nyai Hj. Aisah Andayani dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah dan sampai di tanah air dengan selamat dan sehat walafiat..
Semoga mabrur dan barokah..
Aamiin..




Masih di acara malam 10 Suro alhamdulillah Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin bersama dengan warga RT 10 RW 14 Perum. Beringin Lestari dapat mengumpulkan dana bersama dan dapat memberikan santunan kepada anak yatim sekaligus memberikan hadiah penyemangat untuk para anak-anak yang rajin belajar mengaji di TPQ At Taubah..
Semoga kegiatan di malam 10 Suro ini semakin berkah..
Dan bisa selalu istiqomah..
Aamiin..











Alhamdulillah seluruh rangkaian acara dalam memperingati malam 10 Suro yang sekaligus tasyakur acara dari ibu nyai Hj. Aisah Andayani telah usai..
Untuk penutupan acara santri Life Skill PPDN binaan Dr. KH.Ahmad Izzuddin, M.Ag. mempersembahkan permainan yang luar biasa..
Spesial dari Life Skill PPDN..
"Sepak Bola Api"
Semangat buat seluruh kawan-kawan tercinta..






Rukyah Awal Bulan Muharram 1437 H dan Budaya Bersih-Bersih Awal Tahun

Alhamdulillah......
Selasa, 13 Oktober 2015 Tim Rukyah Hisab Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah melaksanakan rukyah awal Muharrom 1437 Hijriyah.
Alhamdulillah berjalan lancar tanpa kendala..
Semoga awal bulan ini membuat kita untuk selalu bermuhasabah melihat ke belakang dan selalu positif thinking untuk selalu melihat ke depan..




Rabu pagi, 14 Oktober 2015 M - 1 Muharrom 1437 H
Pagi bersih, pagi sehat, pagi semangat
Kegiatan pagi ini bertepatan libur tahun baru Hijriyah..santri Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. bersama bergotong royong membersihkan dan merapikan pondok putra
Mari bersama kita sambut tahun baru hijriah ini dengan semangat, semangat dalam hal apapun yang masih dalam garis batas baik
Mari saling memaafkan dan fastabiqul khoirot untuk sesama
Semoga makin barokah
Dan tentunya makin manfaat.




Buletin An Najwa edisi 01/Muharram 1437 H

Alhamdulillah..

Setelah serangkaian kerja keras dan solid dari tim redaksi Buletin An Najwa Life Skill PPDN, akhirnya buletin pun berhasil di-relaunching tepat tanggal 1 Muharram 1437 H oleh pengasuh, bpk. Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.




Buletin yang dipunggawai Ainul Yaqin (Pimpinan Umum), Annake Harijadi Noor (Pimpinan Redaksi), Muslimah Hasna dan Shofa Zulfikar (Dewan Redaksi), Cahyo Saputra dan Ninik Wahidah (Editor), Obi Robi'a (LayOut), Arif Fathur dan Restu Trisna (Humas) mengusung tema Muhasabah Muharram pada terbitan edisi pertama ini, karena memang bertepatan dengan awal tahun baru Hijriyah.

Dalam rangka menyongsong awal tahun, muhasabah dirasa tepat sebagai sikap refleksi diri. Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Penyambutan awal tahun pun bukan dengan cara memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula dengan kematian. Dengan penuh  kesadaran, sudah semestinya melakukan muhasabah, merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu. Sehingga, diharapkan semangat tahun baru Hijriah sebagai semangat hijrah, dalam arti hijratun nafs dan hijratul amaliah, semangat perubahan menjadi insan yang lebih baik lagi secara spiritual dan intelektual, meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu serta perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal.
Karena Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka" (Al Hadist).

Ada 3 pesan perubahan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah ini, yaitu :
1. Hindari kebiasaan-kebiasaan lama/hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun  baru ini.
2. Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT
3. Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.

Di samping sajian utama yang membahas tentang Muhasabah Muharram, buletin kami pun meliput kegiatan pondok, yaitu pengabdian santri life skill PPDN kepada masyarakat sekitar, English Fun for Kids, pengenalan bahasa Inggris yang menyenangkan kepada anak-anak usia dini.

Sajian lain yang kami suguhkan di antaranya Humor Sufi Futuristik, Nasihat Sukses, Sholeh, Selamat dan Tanya Jawab Syariah.

Selanjutnya Buletin An Najwa in syaa Allah akan terbit untuk edisi kedua di bulan Safar.... so, nantikan saja yaaa kehadiranyya.... :)
Semangat kami adalah semangat untuk mencerdaskan dan memberdayakan kreativitas santri.. ^^

Semoga Sukses, Sholeh, Selamat

.Tim REDAKSI an Najwa.

Minggu, 04 Oktober 2015

Menghitung Awal Waktu Shalat dengan Menggunakan Rubu' Mujayyab


A.            Selayang Pandang Rubu’ Mujayyab
1.        Pengertian
Secara etimologi rubu’ berasal dari kata ﺃﻠﺭﺒﻊ, berarti seperempat (1/4), dan mujayyab (ﻤﺠﻴﺏ) berarti yang bersulam. Sehingga rubu’ mujayyab berarti seperempat yang bersulam.[1]
Rubu’ mujayyab atau kuadran sinus adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghitung sudut benda-benda angkasa, menghitung waktu, menentukan waktu shalat, kiblat, posisi matahari dalam berbagai macam konstelasi sepanjang tahun.
Menurut David A. King, rubu’ digunakan oleh para cendekiawan muslim pada masa keemasan Islam, yang kemudian dikembangkan oleh Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi, seorang Ilmuwan Islam pada abad ke-9 di Baghdad. Rubu digunakan untuk observasi dan perhitungan astronomis, seperti menghitung nilai trigonometri.
Alat ini terdiri dari kurva berbentuk seperempat lingkaran dan dua poros / sumbu horizontal dan vertikal, yang setiap porosnya dibagi menjadi 60 bagian. Kedua poros itu dimulai dari lubang kecil yang dihubungkan dengan khaith (benang kecil) yang diikatkan pada suatu pemberat. Alat ini hanya mempunyai satu sisi saja yang terbuat dari kayu atau metal (tembaga/kuningan). Seperempat kurva itu terbagi menjadi 90 bagian (derajat) dimulai dari kanan yang sudah ditandai dengan angka 0 (nol) dan berakhir di samping kirinya di angka 90 derajat.[2]

2.        Bagian-Bagian Rubu’
Bagian-bagian  rubu’ mujayyab adalah sebagai berikut :
1.        Markaz                        : titik sudut siku-siku rubu’ padanya terdapat lubang kecil yang
  dapat dimasuki benang.
2.        Qousul Irtifa’   : busur yang mengelilingi rubu’ bagian ini diberi skala derajat 0
  sampai 90 bermula dari kanan ke kiri. 1° = 60 menit.
3.        Jaib Tamam    : sisi kanan yang menghubungkan Markaz ke awal Qous.
  Bagian ini diberi skala 0 sampai 60. Dari tiap-tiap titik satuan
  skala itu ditarik garis yang lurus menuju Qous. Garis-garis itu
  disebut Jaib Mankusah.
4.        Sittiny              : Sisi kiri yang menghubungkan Markaz ke akhir Qous. Bagian
ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu
ditarik garis lurus menuju ke Qous. Garis itu disebut Jaib
Mabsuthoh. Perhitungan jaib dimulai dari Markaz dan setiap 1
Jaib sama dengan 60 menit.
5.        Hadafah          : dua tonjolan yang keluar dari bentuk rubu’.
6.        Khoit               : benang kecil yang dimasukkan ke markaz.
7.        Muri                 : benang pendek yang diikatkan pada Khoit, yang dapat digeser
  naik turun.
8.        Syakul              : bandul yang berada diujung Khoit.[3]

B.            Menghitung Awal Waktu Shalat dengan Menggunakan Rubu’ Mujayyab
Berikut langkah perhitungan menentukan awal waktu shalat dengan rubu’ mujayyab.

Contoh :
Menentukan awal waktu shalat untuk kota Semarang (ϕ 6 58’ LS ; λ 110 25’) pada tanggal 5 Juni 2012.

Langkah-langkah :
1.      Mengetahui nilai mail awal (deklinasi)
Mail awal (deklinasi) adalah jarak dari suatu benda langit ke equator langit diukur melalui lingkaran waktu dan dihitung dengan derajat, menit dan detik.
Mengetahui mail awal (deklinasi) matahari pada 5 Juni 2012 yaitu dengan cara :
a.       Letakkan khoit di atas sittiny dan tempatkan murinya di 23 52.
b.      Pindahkan khoit ke darojatus syams (bujur matahari).[4] Maka nilai yang terdapat di bawah muri adalah jaibnya mail.
c.       Qouskan untuk mendapatkan mail awal.
d.      Darojatus syams 5 Juni 2012 adalah 14 derajat dari Jauza’, dan mail awalnya 22 30’ (positif/utara).

2.      Menghitung bu’dul quthr, asal mutlak dan nishful fudlah
a.      Menghitung bu’dul quthr
Bu’dul quthr adalah busur yang dihitung dari ufuk tempat matahari terbit atau terbenam sampai dengan garis tengah lintasan matahari yang membagi lintasan ini menjadi dua bagian sama besar.[5]
Caranya :
                                           ·          Letakkan khoit pada qous lintang tempat (6 58’). Tarik garis lurus dari qousul irtifa’ ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (07.16).
                                           ·          Letakkan khoit pada sittin. Posisikan muri pada angka 07.16.
                                           ·          Geser khoit pada qous 2230’.
                                           ·          Tarik garis lurus dari muri ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (02.47). Inilah bu’dul quthr.
b.      Menghitung asal mutlak
Asal mutlak adalah jarak yang dihitung dari titik kulminasi atas sampai pada titik pertemuan antara garis horizon dengan garis tengah lintasan matahari yang menghubungkan titik kulminasi atas dengan titik kulminasi bawah.[6]
Caranya :
                                           ·          Carilah tamam ‘ardlul balad/co-latitude (complement lintang tempat) 90 - 658’ = 8302’
                                           ·          Letakkan khoit pada qous co-latitude (8302’).
                                           ·          Tarik garis lurus dari qousul irtifa’ ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (59.33)
                                           ·          Letakkan khoit pada sittin. Posisikan muri pada angka 59.33.
                                           ·          Carilah co-latitude deklinasi (complement deklinasi) 90 - 2230’ = 6730’
                                           ·          Geser khoit sampai pada qous co-latitude deklinasi (6730’)
                                           ·          Tarik garis lurus dari muri ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (55.01). Inilah asal mutlak.
c.       Menghitung nishful fudlah
Nishful fudlah adalah waktu yang membedakan antara setengah busur siang rata-rata dengan setengah busur siang yang sebenarnya.[7]
·        Letakkan khoit pada sittin dan posisikan muri pada angka asal mutlak (55.01).
·        Geser khoit hingga muri berpotongan dengan jaib mabsuthoh nilai bu’dul quthr (02.47). lihat sudut pada qous dihitung dari awal qous (02 54’). Inilah nilai nishful fudlah.

3.      Menghitung waktu Maghrib
Tambahkan Nisful Fudlah dengan angka 6 apabila deklinasi selatan dan kurangkan jika deklinasi utara. Setelah itu, tambahkan hasilnya dengan 3,5 menit (daqoiqut tamkiniyah)[8]. Hasil penjumlahan itu adalah waktu maghrib (06 : 20 : 06).

4.      Menghitung waktu Isya’
a.    Tambahkan Bu'dul Quthr dengan jaib yazin (17) bila deklinasi selatan dan kurangkan bila deklinasi utara. Hasilnya disebut al-ashl al-mu'adal.
b.    Letakkan muri asal mutlak, geser khoit sampai murinya berada di atas al-ashl al mu’adal. Sudut antara khoith dengan awal qaus adalah waktu isya (07 : 32).

5.      Menghitung waktu Shubuh
Langkah yang dilakukan sama dengan langkah untuk menentukan waktu isya, namun jaibnya menggunakan jaib yathin, yaitu ditambahkan 19 bila deklinasi selatan dan dikurangkan bila deklinasi utara (04 : 29).

6.      Menghitung waktu Imsak
Kurangkan 5 atau 6 menit dari waktu Shubuh, menurut waktu ikhtiyat masing-masing. Maka hasilnya adalah waktu imsak (04 : 19).

7.      Menghitung waktu matahari terbit
Tambahkan nisful fudlah pada jam 6 bila deklinasi selatan dan kurangkan bila deklinasi utara. Setelah itu, kurangkan hasilnya dengan 3,5 menit (daqoiqut tamkiniyah). Hasil penjumlahan itu adalah waktu matahari terbit (05 : 39 : 54).

8.      Menghitung waktu Dhuha
a.    Tambahkan bu’dul quthr dengan jaib 4 30’ bila deklinasi utara dan dikurangkan bila deklinasi selatan. Hasilnya adalah al-ash al-mu’adal.
b.    Tenpatkan muri pada asal mutlak, geser khoit hingga muri berada pada al-ashl al-mu’adal. Nilai yang dihitung dari awal qous hingga khoit adalah waktu Dhuha (06 : 13).

9.      Menghitung waktu Ashar
Waktu Ashar dimulai ketika panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang benda tersebut atau dua kali panjang benda tersebut.[9]
a.    Hitung ghoyatul irtifa’ (kulminasi) dengan cara menambahkan tamam ardhul balad[10] dengan deklinasi bila deklinasi selatan, dan kurangkan bila deklinasi utara.
b.    Hitung penjumlahan dzil mabsuthoh dengan qomah (ketinggian) yang dikehendaki. Hasilnya adalah dzil Ashar.
Cara menghitung dzil mabsuthoh :
·          Letakkan khoit pada irtifa’ dihitung dari awal Qous.
·          Posisikan muri pada jaib mabsuthoh qomah yang dikira-kirakan.
·          Tarik garis dari muri ke jaib tamam.
·          Nilai dari markaz ke jaib tamam adalah dzil mabsuthoh.
c.    Masukkan dzil Ashar pada jaib tamam dan qomah pada sittin.
d.    Letakkan khoit pada pertemuan dua titik tersebut. Nilai yang dihitung dari awal qous sampai khoit adalah irtifa’ Ashar.
e.    Hitung waktu Ashar seperti menghitung waktu Shubuh. Posisikan muri pada asal mutlak, geser khoit hingga muri berada pada al-ashl al-mu’adal. Nilai yang dihitung dari akhir qous hingga khoit adalah waktu Ashar (03 : 26).



[1] Laksmiyanti Annake HN, Iqnaul Umam. Astrolabe dan Rubu’ Mujayyab (Makalah).
[2] Yadi Setiadi, Rubu’ Mujayyab Praktis dan Teoritis, hal. 6.
[3] Muhammad Ma’sum bin Ali, Pelajaran Astronomi Jilid II (Terjemahan Addurusul Falakiyah), (Nganjuk : PP Darussalam), hal. 1-2.
[4] Darojatus syams (bujur matahari) adalah busur sepanjang lingkaran ekliptika ke arah timur diukur dari tiap titik buruj sampai titik pusat matahari. Lihat Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005), hal. 20.
[5] Slamet Hambali, Ilmu Falak I, (Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011), hal. 65.
[6] Ibid, hal. 66.
[7] Ibid, hal. 67.
[8] Rentang waktu yang diperlukan oleh matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki terlepas dari ufuk mar’i. Lihat, Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005), hal. 19.
[9] Siti Tatmainul Qulub, Aplikasi Rubu’ Mujayyab Untuk Penentuan Awal Waktu Shalat (Paper), (Semarang, 2013).
[10] co-latitude (complement lintang tempat)