Moon Calendar
Selasa, 03 November 2015
Ngaji Psikologi bersama Dosen Psikologi PPs UI, Dr. KH. Thobib Al Asyhar, M.Si
Alhamdulillah... Ngaji malam senin kali ini Life Skill PPDN kedatangan tamu istimewa lho..... beliau adalah Pakar Psikologi Islam Gaul dan Dosen Psikologi PPs Universitas Indonesia, bpk. Dr. KH. Thobib Al Asyhar, M.Si...
Beliau merupakan Kepala Seksi Pembinaan Nazhir Subdirektorat Pembinaan Nazhir dan Lembaga Wakaf Direktorat Pemberdayaan Wakaf sekaligus Kepala Sub Bagian Sistem Informasi Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama.
Kedatangan beliau ke Ponpes Life Skill Daarun Najaah bisa terbilang spesial karena beliau sebenarnya berkunjung ke Semarang adalah untuk kunjungan tugas, namun beliau menyempatkan singgah ke Ponpes Life Skill Daarun Najaah, terlebih untuk mengisi pengajian malam dengan mini seminar dari beliau mengenai bahasan "Remaja Islam Gaul dalam Konsep Psikologi Islam".
Seluruh santri sangat antusias dengan kehadiran beliau, terbukti mereka telah menunggu kedatangan beliau sejak ba'da Isya. bersama pengasuh kami, bapak Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag, beliau menyampaikan materi yang benar-benar bisa memotivasi kami sebagai remaja Islam, bagaimana kami seharusnya bersikap dalam menghadapi setiap tantangan hidup yang datang menerpa, bagaimana kami menyikapi pergaulan yang semakin kompleks dewasa ini, kiat-kiat agar kami mampu menjaga diri kami dari pergaulan bebas dan lain sebagainya.
Antusiasme santri semakin terlihat ketika pemateri selesai memaparkan materinya. Dalam sesi tanya jawab, hampir semua santri mengangkat tangan hendak menyampaikan pertanyaan. Namun, demi efektivitas waktu, moderator hanya memilih 3 penanya dari santri putra dan 3 penanya dari santri putri.
Tak disangka-sangka pak Thobib begitu baiknya kepada kami dengan menghadiahkan masing-masing orang penanya buku tulisan beliau dan tulisan istri beliau. Kami semakin merasa senang dan lupa akan rasa kantuk yang melanda karena memang malam sudah agak larut ketika acara selesai.
Ditutup dengan sesi serah terima kenang-kenangan dari Ponpes Life Skill oleh bapak pengasuh kami, kemudian dilanjut dengan foto-foto sebelum akhirnya beliau meninggalkan tempat.
terimakasih, pak.. semoga apa yang telah bapak sampaikan bermanfaat bagi kami.... :) jangan bosan datang ke ponpes kami lagi yaaa pak....... ^^
Selasa, 27 Oktober 2015
Jalan Sehat Harlah MAJT yang ke 13 dan Radio Dais yang ke 9
Khusus buat hari Ahad, 25 Oktober acara di Life Skill PPDN dipindah ke Masjid Agung Jawa Tengah dalam rangka jalan sehat harlah MAJT yang ke 13 dan Radio Dais yang ke 9..
Bersama pengasuh Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. dan seluruh santri putra putri Life Skill PPDN kami semua ikut berpartisipasi di MAJT
Semoga manfaat..
Dan InsyaAllah membawa barokah..
Aamiin..
Dan InsyaAllah membawa barokah..
Aamiin..
Salam semangat..
Pagi yang bahagia..
Pagi yang bahagia..
Semakin bahagia kalau doorprize jalan sehat kami menangkan semua... hehehehe
Semarak Serangkain Acara di Malam 10 Suro
Bismillah...
Semarak PERINGATAN MALAM 10 SURO 1437 H dan HARI SANTRI NASIONAL Life Skill PPDN tgl 22 Oktober 2015
*semangat.. salam sukses, sholeh, selamat santri untuk Negeri
Yang spesial dari Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.
Alhamdulillah malam, 22 Oktober 2015 santri Life Skill PPDN mempersembahkan Tari Zippin dalam acara tasyakur atas telah pulangnya ibu nyai Hj. Aisah Andayani dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah dan sampai di tanah air dengan selamat dan sehat walafiat..
Semoga mabrur dan barokah..
Aamiin..
Aamiin..
Masih di acara malam 10 Suro alhamdulillah Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin bersama dengan warga RT 10 RW 14 Perum. Beringin Lestari dapat mengumpulkan dana bersama dan dapat memberikan santunan kepada anak yatim sekaligus memberikan hadiah penyemangat untuk para anak-anak yang rajin belajar mengaji di TPQ At Taubah..
Semoga kegiatan di malam 10 Suro ini semakin berkah..
Dan bisa selalu istiqomah..
Aamiin..
Dan bisa selalu istiqomah..
Aamiin..
Alhamdulillah seluruh rangkaian acara dalam memperingati malam 10 Suro yang sekaligus tasyakur acara dari ibu nyai Hj. Aisah Andayani telah usai..
Untuk penutupan acara santri Life Skill PPDN binaan Dr. KH.Ahmad Izzuddin, M.Ag. mempersembahkan permainan yang luar biasa..
Spesial dari Life Skill PPDN..
"Sepak Bola Api"
"Sepak Bola Api"
Rukyah Awal Bulan Muharram 1437 H dan Budaya Bersih-Bersih Awal Tahun
Alhamdulillah......
Selasa, 13 Oktober 2015 Tim Rukyah Hisab Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah melaksanakan rukyah awal Muharrom 1437 Hijriyah.
Alhamdulillah berjalan lancar tanpa kendala..
Semoga awal bulan ini membuat kita untuk selalu bermuhasabah melihat ke belakang dan selalu positif thinking untuk selalu melihat ke depan..
Rabu pagi, 14 Oktober 2015 M - 1 Muharrom 1437 H
Pagi bersih, pagi sehat, pagi semangat
Kegiatan pagi ini bertepatan libur tahun baru Hijriyah..santri Life Skill PPDN binaan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. bersama bergotong royong membersihkan dan merapikan pondok putra
Buletin An Najwa edisi 01/Muharram 1437 H
Alhamdulillah..
Setelah serangkaian kerja keras dan solid dari tim redaksi Buletin An Najwa Life Skill PPDN, akhirnya buletin pun berhasil di-relaunching tepat tanggal 1 Muharram 1437 H oleh pengasuh, bpk. Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.
Buletin yang dipunggawai Ainul Yaqin (Pimpinan Umum), Annake Harijadi Noor (Pimpinan Redaksi), Muslimah Hasna dan Shofa Zulfikar (Dewan Redaksi), Cahyo Saputra dan Ninik Wahidah (Editor), Obi Robi'a (LayOut), Arif Fathur dan Restu Trisna (Humas) mengusung tema Muhasabah Muharram pada terbitan edisi pertama ini, karena memang bertepatan dengan awal tahun baru Hijriyah.
Dalam rangka menyongsong awal tahun, muhasabah dirasa tepat sebagai sikap refleksi diri. Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan
hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Penyambutan awal tahun pun bukan dengan cara
memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan
bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula dengan kematian. Dengan penuh kesadaran, sudah
semestinya melakukan muhasabah,
merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu. Sehingga, diharapkan semangat tahun
baru Hijriah sebagai semangat hijrah, dalam arti hijratun nafs dan
hijratul amaliah,
semangat perubahan menjadi insan yang lebih baik lagi secara
spiritual dan intelektual, meningkatkan
semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada
peningkatan ilmu serta perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi,
dengan kerja keras dan tawakal.
Karena Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya
sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari
kemarin, maka dia celaka" (Al Hadist).
Ada 3 pesan perubahan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah
ini, yaitu :
1. Hindari kebiasaan-kebiasaan lama/hal-hal yang tidak
bermanfaat pada tahun lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun baru ini.
2. Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah yang
nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT
3. Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar
tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat
bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Di samping sajian utama yang membahas tentang Muhasabah Muharram, buletin kami pun meliput kegiatan pondok, yaitu pengabdian santri life skill PPDN kepada masyarakat sekitar, English Fun for Kids, pengenalan bahasa Inggris yang menyenangkan kepada anak-anak usia dini.
Sajian lain yang kami suguhkan di antaranya Humor Sufi Futuristik, Nasihat Sukses, Sholeh, Selamat dan Tanya Jawab Syariah.
Selanjutnya Buletin An Najwa in syaa Allah akan terbit untuk edisi kedua di bulan Safar.... so, nantikan saja yaaa kehadiranyya.... :)
Semangat kami adalah semangat untuk mencerdaskan dan memberdayakan kreativitas santri.. ^^
Semoga Sukses, Sholeh, Selamat
.Tim REDAKSI an Najwa.
Minggu, 04 Oktober 2015
Menghitung Awal Waktu Shalat dengan Menggunakan Rubu' Mujayyab
A.
Selayang
Pandang Rubu’ Mujayyab
1.
Pengertian
Secara etimologi rubu’
berasal dari kata ﺃﻠﺭﺒﻊ, berarti
seperempat (1/4), dan mujayyab (ﻤﺠﻴﺏ) berarti yang bersulam. Sehingga rubu’ mujayyab berarti
seperempat yang bersulam.[1]
Rubu’ mujayyab atau kuadran sinus adalah
sebuah alat yang digunakan untuk menghitung sudut benda-benda angkasa,
menghitung waktu, menentukan waktu shalat, kiblat, posisi matahari dalam
berbagai macam konstelasi sepanjang tahun.
Menurut David A. King, rubu’ digunakan oleh para
cendekiawan muslim pada masa keemasan Islam, yang kemudian dikembangkan oleh
Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi, seorang Ilmuwan Islam pada abad ke-9 di
Baghdad. Rubu’ digunakan untuk observasi dan perhitungan astronomis,
seperti menghitung nilai trigonometri.
Alat
ini terdiri dari kurva berbentuk seperempat lingkaran dan dua poros / sumbu
horizontal dan vertikal, yang setiap porosnya dibagi menjadi 60 bagian. Kedua
poros itu dimulai dari lubang kecil yang dihubungkan dengan khaith
(benang kecil) yang diikatkan pada suatu pemberat. Alat ini hanya mempunyai satu sisi saja yang
terbuat dari kayu atau metal (tembaga/kuningan). Seperempat kurva itu terbagi menjadi
90 bagian (derajat) dimulai dari kanan yang sudah ditandai dengan angka 0 (nol)
dan berakhir di samping kirinya di angka 90 derajat.[2]
2.
Bagian-Bagian
Rubu’
Bagian-bagian rubu’ mujayyab adalah sebagai berikut
:
1.
Markaz : titik sudut siku-siku rubu’ padanya terdapat lubang kecil yang
dapat
dimasuki benang.
2.
Qousul
Irtifa’ :
busur yang mengelilingi rubu’ bagian ini diberi skala derajat 0
sampai
90 bermula dari kanan ke kiri. 1° = 60 menit.
3.
Jaib
Tamam :
sisi kanan yang menghubungkan Markaz ke awal Qous.
Bagian
ini diberi skala 0 sampai 60. Dari tiap-tiap titik satuan
skala
itu ditarik garis yang lurus menuju Qous. Garis-garis itu
disebut
Jaib Mankusah.
4.
Sittiny : Sisi kiri yang menghubungkan Markaz
ke akhir Qous. Bagian
ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap
titik satuan skala itu
ditarik garis lurus menuju ke Qous.
Garis itu disebut Jaib
Mabsuthoh. Perhitungan jaib dimulai dari Markaz dan setiap 1
Jaib sama dengan 60 menit.
5.
Hadafah : dua tonjolan yang
keluar dari bentuk rubu’.
6.
Khoit : benang kecil yang dimasukkan ke markaz.
7.
Muri : benang pendek yang diikatkan pada Khoit, yang dapat
digeser
naik
turun.
B.
Menghitung
Awal Waktu Shalat dengan Menggunakan Rubu’ Mujayyab
Berikut langkah perhitungan menentukan awal waktu shalat dengan rubu’
mujayyab.
Contoh :
Menentukan awal waktu shalat
untuk kota Semarang (ϕ 6⁰ 58’ LS ; λ 110⁰ 25’) pada tanggal 5 Juni 2012.
Langkah-langkah :
1. Mengetahui nilai mail awal
(deklinasi)
Mail awal (deklinasi) adalah
jarak dari suatu benda langit ke equator langit diukur melalui lingkaran waktu
dan dihitung dengan derajat, menit dan detik.
Mengetahui mail
awal (deklinasi) matahari pada 5 Juni 2012 yaitu dengan cara :
a.
Letakkan khoit
di atas sittiny dan tempatkan murinya di 23 52.
b.
Pindahkan khoit
ke darojatus syams (bujur matahari).[4]
Maka nilai yang terdapat di bawah muri adalah jaibnya mail.
c.
Qouskan untuk
mendapatkan mail awal.
d.
Darojatus syams 5 Juni 2012
adalah 14 derajat dari Jauza’, dan mail awalnya 22⁰ 30’ (positif/utara).
2. Menghitung bu’dul quthr, asal mutlak
dan nishful fudlah
a. Menghitung bu’dul quthr
Bu’dul quthr adalah busur
yang dihitung dari ufuk tempat matahari terbit atau terbenam sampai dengan
garis tengah lintasan matahari yang membagi lintasan ini menjadi dua bagian
sama besar.[5]
Caranya :
·
Letakkan khoit
pada qous lintang tempat (6⁰ 58’). Tarik
garis lurus dari qousul irtifa’ ke sittin. Lihat nilainya dari awal
markaz hingga sittin (07.16).
·
Letakkan khoit
pada sittin. Posisikan muri pada angka 07.16.
·
Geser khoit pada
qous 22⁰30’.
·
Tarik garis lurus
dari muri ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (02.47). Inilah
bu’dul quthr.
b. Menghitung asal mutlak
Asal mutlak adalah jarak
yang dihitung dari titik kulminasi atas sampai pada titik pertemuan antara
garis horizon dengan garis tengah lintasan matahari yang menghubungkan titik
kulminasi atas dengan titik kulminasi bawah.[6]
Caranya :
·
Carilah tamam
‘ardlul balad/co-latitude (complement lintang tempat) 90⁰ - 6⁰58’ = 83⁰02’
·
Letakkan khoit
pada qous co-latitude (83⁰02’).
·
Tarik garis lurus
dari qousul irtifa’ ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz
hingga sittin (59.33)
·
Letakkan khoit
pada sittin. Posisikan muri pada angka 59.33.
·
Carilah
co-latitude deklinasi (complement deklinasi) 90⁰ - 22⁰30’ = 67⁰30’
·
Geser khoit
sampai pada qous co-latitude deklinasi (67⁰30’)
·
Tarik garis lurus
dari muri ke sittin. Lihat nilainya dari awal markaz hingga sittin (55.01). Inilah
asal mutlak.
c. Menghitung nishful fudlah
Nishful fudlah adalah waktu
yang membedakan antara setengah busur siang rata-rata dengan setengah busur
siang yang sebenarnya.[7]
·
Letakkan khoit
pada sittin dan posisikan muri pada angka asal mutlak (55.01).
·
Geser khoit
hingga muri berpotongan dengan jaib mabsuthoh nilai bu’dul quthr
(02.47). lihat sudut pada qous dihitung dari awal qous (02⁰ 54’). Inilah nilai nishful fudlah.
3.
Menghitung
waktu Maghrib
Tambahkan
Nisful Fudlah dengan angka 6 apabila deklinasi selatan dan kurangkan
jika deklinasi utara. Setelah itu, tambahkan hasilnya dengan 3,5 menit
(daqoiqut tamkiniyah)[8].
Hasil penjumlahan itu adalah waktu maghrib (06 : 20 : 06).
4. Menghitung waktu Isya’
a.
Tambahkan Bu'dul
Quthr dengan jaib yazin (17⁰)
bila deklinasi selatan dan kurangkan
bila deklinasi utara. Hasilnya disebut al-ashl al-mu'adal.
b.
Letakkan muri asal mutlak, geser khoit sampai murinya berada di atas
al-ashl al mu’adal. Sudut antara khoith
dengan awal qaus adalah waktu isya (07 : 32).
5.
Menghitung
waktu Shubuh
Langkah
yang dilakukan sama dengan langkah untuk menentukan waktu isya, namun jaibnya
menggunakan jaib yathin, yaitu ditambahkan 19⁰ bila
deklinasi selatan dan dikurangkan bila deklinasi utara (04 : 29).
6. Menghitung waktu Imsak
Kurangkan 5 atau 6 menit dari waktu Shubuh,
menurut waktu ikhtiyat masing-masing. Maka hasilnya adalah waktu imsak (04 :
19).
7. Menghitung waktu matahari terbit
Tambahkan nisful fudlah pada jam 6 bila
deklinasi selatan dan kurangkan bila deklinasi utara. Setelah
itu, kurangkan hasilnya
dengan 3,5 menit (daqoiqut tamkiniyah). Hasil penjumlahan itu adalah waktu matahari terbit (05 : 39 : 54).
8. Menghitung waktu Dhuha
a.
Tambahkan bu’dul
quthr dengan jaib 4⁰ 30’ bila deklinasi utara dan dikurangkan bila
deklinasi selatan. Hasilnya adalah al-ash al-mu’adal.
b.
Tenpatkan muri pada asal mutlak, geser khoit hingga
muri berada pada al-ashl al-mu’adal. Nilai yang dihitung dari awal qous hingga
khoit adalah waktu Dhuha (06 : 13).
9. Menghitung waktu Ashar
Waktu
Ashar dimulai ketika panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang
benda tersebut atau dua kali panjang benda tersebut.[9]
a. Hitung ghoyatul irtifa’ (kulminasi)
dengan cara menambahkan tamam ardhul balad[10] dengan deklinasi
bila deklinasi selatan, dan kurangkan bila deklinasi utara.
b. Hitung penjumlahan dzil mabsuthoh dengan qomah (ketinggian) yang
dikehendaki. Hasilnya adalah dzil Ashar.
Cara menghitung
dzil mabsuthoh :
·
Letakkan khoit
pada irtifa’ dihitung dari awal Qous.
·
Posisikan muri
pada jaib mabsuthoh qomah yang dikira-kirakan.
·
Tarik garis dari
muri ke jaib tamam.
·
Nilai dari markaz
ke jaib tamam adalah dzil mabsuthoh.
c. Masukkan dzil Ashar pada jaib tamam dan qomah
pada sittin.
d. Letakkan khoit pada pertemuan dua titik
tersebut. Nilai yang dihitung dari awal qous sampai khoit adalah irtifa’ Ashar.
e. Hitung waktu Ashar seperti menghitung waktu
Shubuh. Posisikan muri pada asal mutlak, geser khoit hingga muri berada pada
al-ashl al-mu’adal. Nilai yang dihitung dari akhir qous hingga khoit adalah
waktu Ashar (03 : 26).
[3] Muhammad
Ma’sum bin Ali, Pelajaran Astronomi Jilid II
(Terjemahan Addurusul Falakiyah), (Nganjuk : PP Darussalam), hal.
1-2.
[4] Darojatus syams (bujur matahari) adalah busur
sepanjang lingkaran ekliptika ke arah timur diukur dari tiap titik buruj sampai
titik pusat matahari. Lihat Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak,
(Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005), hal. 20.
[8] Rentang waktu yang diperlukan oleh matahari sejak
piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki terlepas dari ufuk mar’i. Lihat,
Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005),
hal. 19.
[9] Siti
Tatmainul Qulub, Aplikasi Rubu’ Mujayyab Untuk
Penentuan Awal Waktu Shalat (Paper), (Semarang, 2013).
Langganan:
Postingan (Atom)